BPBD Kotim Siaga Hadapi Kekeringan demi Ketahanan Pangan Musim Kemarau 2025
2 mins read

BPBD Kotim Siaga Hadapi Kekeringan demi Ketahanan Pangan Musim Kemarau 2025

Jakarta, 27 April 2025 – Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam, mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya fokus pada antisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tetapi juga berupaya mengatasi ancaman kekeringan yang berpotensi mengganggu produktivitas sektor pertanian di wilayahnya.

“Antisipasi yang perlu kita lakukan kali ini lebih luas. Kalau dulu kita bicara soal kebakaran hutan dan lahan (karhutla), tapi sekarang kita juga mengantisipasi kekeringan untuk mendukung program swasembada pangan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Jumat.

Ia mengungkapkan, berdasarkan analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun ini diperkirakan berlangsung lebih singkat dibandingkan tahun lalu, namun tingkat kekeringannya justru lebih ekstrem. Jika pada 2024 musim kemarau masih dipengaruhi oleh fenomena La Nina yang meningkatkan curah hujan, maka tahun ini diprediksi terjadi kondisi netral atau tanpa pengaruh cuaca ekstrem global.

Kondisi ini, lanjut Multazam, perlu menjadi perhatian serius karena walaupun waktu musim kemarau lebih pendek, dampak kekeringannya bisa mengganggu masa tanam yang sudah dirancang oleh pemerintah dalam upaya mewujudkan swasembada pangan secara nasional.

BPBD Kotim telah menyiapkan skema kesiapsiagaan yang disebut 3P: peralatan, personel, dan pembiayaan, guna mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan bencana karhutla serta kekeringan di daerah tersebut.

“Kami juga berharap seluruh pemangku kepentingan mengantisipasi terkait potensi kekeringan di musim kemarau ini, seperti memastikan ketersediaan air agar bahan pangan yang ditanam bisa dipanen sesuai dengan target yang ditetapkan,” ujarnya.

Menurutnya, kekeringan merupakan bencana yang tidak hanya menjadi tanggung jawab BPBD, melainkan memerlukan keterlibatan seluruh pihak. Oleh karena itu, sinergi antara lembaga pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha sangat dibutuhkan untuk mencegah dampak yang lebih luas.

Multazam menekankan pentingnya kesiapan sektor pertanian, terutama di wilayah yang rawan karhutla dan sulit dijangkau oleh petugas, agar bisa menyediakan infrastruktur dan logistik yang diperlukan serta melibatkan masyarakat dalam penanganannya.

Ketersediaan air untuk mendukung pertanian di tengah kemarau bisa diatasi dengan memanfaatkan sistem irigasi yang telah ada, termasuk program pompanisasi dari pemerintah pusat yang sebelumnya telah diberikan kepada Kotim. Program ini sangat membantu lahan pertanian dengan kondisi geografis yang menantang.

“Tentunya kita berharap kekeringan itu tidak sampai terjadi tetapi kalaupun itu terjadi maka harus di informasikan secepatnya agar bisa dilakukan tindakan supaya tanaman yang sudah ditanam itu tetap bisa tumbuh dengan baik,” demikian Multazam (Redaksi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *